Peran Penting Serangga Penyerbuk dalam Menjaga Kehidupan

Urgensi melestarikan serangga penyerbuk dalam konteks

konservasi dan kesejahteraan manusia

Konservasi dahulu sering dikenal menghalangi masyarakat memanfaatkan hasil alam. Sehingga rasanya masyarakat dan berbagai pihak merasa konservasi itu hanya dapat dilakukan pada kawasan hutan. Padahal konservasi memiliki tiga pilar yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya. Pilar konservasi ini diharapkan menjembatani upaya konservasi dengan menjamin kesejahteraan masyarakat sekitar. Kesejahteraan dapat dicapai melalui ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan menjadi prasyarat mutlak untuk pilar pembangunan lainnya dan merupakan pemenuhan hak asasi manusia. Dengan ketahanan pangan, masyarakat akan berdaya sehingga dapat menjaga stabilitas keamanan negara. Upaya mencapai ketahanan pangan ini juga menghadapi tantangan yaitu perubahan iklim. Perubahan iklim telah memengaruhi jumlah produksi tanaman pangan. Pada tahun 2012 Litbang Pertanian menyatakan bahwa ketahanan pangan pada 10 kabupaten/kota di Kalimantan Barat termasuk dalam 100 kabupaten dengan kategori rentan se-Indonesia. Sehingga program menjadi penting untuk menyelaraskan konsep kesejahteraan dan mempertahankan hutan.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) 75% tanaman pangan bergantung pada serangga penyerbuk (pollinator). Pollinator adalah perantara penyerbukan tanaman. Serangga penyerbuk mengunjungi bunga untuk mencari makanan (nektar dan serbuk sari). Selama kunjungan bunga, penyerbuk secara tidak sengaja menyentuh bagian reproduksi bunga, tanpa sadar menyimpan serbuk sari dari bunga. Tumbuhan menggunakan serbuk sari untuk menghasilkan buah atau biji. Tidak hanya itu, kualitas rasa dan jumlah tanaman pangan dapat ditingkatkan oleh penyerbuk. Tanaman pangan seperti kopi, timun, wortel, mangga, tomat, cabai, dan jeruk sangat bergantung pada jasa serangga penyerbuk (lebah, semut, kupu-kupu). Banyak tanaman tidak dapat bereproduksi tanpa serbuk sari yang dibawa oleh penyerbuk yang mencari makan. Serangga penyerbuk memainkan peran penting dalam reproduksi tanaman serta mendukung ekosistem yang sehat. Manusia juga mengandalkan penyerbuk untuk memenuhi kebutuhannya, seperti kita mengandalkan tumbuhan sebagai sumber makanan dan obat-obatan.

Peneliti memperkirakan penurunan global hingga 45% populasi serangga penyerbuk selama empat dekade terakhir. Kehilangan serangga penyerbuk dapat menyebabkan efek domino yang berdampak serius pada ketahanan pangan.  Pengelolaan serangga penyerbuk di Indonesia khususnya di Kalimantan Barat menjadi penting, mengingat luasnya kawasan hutan yang dialih fungsikan menjadi pertanian monokultur. Pertanian monokultur hanya menyediakan satu jenis nutrisi untuk serangga penyerbuk sehingga kesehatan populasi (keanekaragaman dan kepadatannya) menurun. Selain itu juga meningkatkan frekuensi perpindahan sarang lebah yang mengakibatkan penurunan jumlah koloni dan peningkatan kematian lebah. Perubahan iklim merupakan ancaman bagi serangga penyerbuk dan tanaman pangannya. Meningkatnya suhu permukaan bumi membuat musim berbunga (fenologi) bergeser dari kisaran waktu yang seharusnya. Serangga penyerbuk memanfaatkan nektar dari tumbuhan berbunga, apabila terjadi perubahan fenologi, nutrisi serangga penyerbuk tidak terpenuhi. Ketidakselarasan ini juga mengakibatkan tidak terjadinya polinasi pada tanaman.

Dengan begitu banyak tumbuhan di dunia yang bergantung pada penyerbuk untuk reproduksi, sahabat pecinta bunga ini secara tidak sengaja mendukung stabilisasi tanah, penyerapan karbon, dan habitat hewan. Mempertahankan populasi penyerbuk yang sehat akan mendukung ekosistem yang sehat. Penyerbukan oleh serangga memberikan fungsi dukungan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan kelestarian ekosistem untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Mempertimbangkan kepentingan ekologis dan ekonomi, ada kebutuhan untuk mengetahui bagaimana keberadaan populasi serangga penyerbuk di sekitar kita. Menganalisis ancaman penyebab penurunan, potensi, kebutuhan pemantauan, konservasi, dan upaya pemulihan agar keberadaan serangga penyerbuk tetap lestari.

Lalu bagaimana kah langkah konkret yang dapat dilakukan? Bagaimana posisi aku, kamu, pemerintah, petani, swasta, bahkan dunia dalam kemampuan dan perannya masing-masing dalam menjaga makhluk kecil nan berguna ini? 

Sebagai contoh, di Pemerintah Inggris telah memiliki rencana aksi penyerbuk (Pollinator Action Plan) tahun 2021-2024 yang memuat ‘aksi sederhana’ yang dapat dilakukan. Rencana ini memuat memperkuat riset, mengelola habitat, menjaga kesehatan populasi penyerbuk, dan pelibatan masyarakat umum. Sebagai informasi, sejak tahun 2014, dokumen ini telah menjadi salah satu aksi dari pemerintah inggris. Melalui rencana ini mereka telah melibatkan masyarakat umum dengan menyampaikan pesan ‘Bees Need Food and a Home’. Masyarakat dapat terlibat dengan menumbuhkan lebih banyak bunga, semak, mengurangi memotong rumput, membiarkan sarang-sarang serangga saat hibernasi, dan bijak dalam menggunakan pestisida.

Praktik-praktik pertanian yang telah dilakukan masyarakat ramah terhadap alam. Masyarakat di Kalimantan Barat, khususnya di Desa Punggur, Kabupaten Kubu Raya mengenal sebuah praktik pertanian “kebun campur”. Kebun campur ini dikenal dengan agroforestri. Apabila di Pulau Jawa sana agroforestri merupakan penanaman pohon yang bernilai ekonomis di area yang memang terbuka. Di Kalimantan Barat ini, kebun campur merupakan area yang dulunya kawasan pemukiman, lalu para tetua membuang sisa-sisa buah-buahan yang mereka konsumsi di sekitar rumah mereka. Kemudian kawasan pemukiman itu ditinggal untuk berbagai alasan. Kemudian biji-biji tersebut tumbuh menjadi pohon-pohon yang dimanfaatkan anak-cucu mereka, sehingga menjadi kebun campur.

Kebun campur terdiri dari beberapa tanaman seperti manggis, langsat, durian, kopi, dan kelapa. Kebun campur ini dapat menghasilkan beberapa jenis produk yang bernilai ekonomi sehingga dapat menjaga keseimbangan sumber pendapatan petani. Namun saat ini kebun campur tersebut banyak dijual dan dialihfungsikan sebagai lahan pertanian monukultur dan pemukiman, karena produktivitas dari kebun campur ini masih rendah.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas kebun campur dapat dilakukan dengan mengetahui serangga penyerbuk yang paling berperan pada masing-masing tanaman di kebun campur tersebut. Beberapa penelitian pada melon, semangka, dan stroberi yang penyerbukannya dibantu oleh serangga penyerbuk meningkatkan jumlah buah, berat buah serta lama penyimpanan pasca panen lebih panjang. Jika masalah rendahnya produksi komoditas di kebun campuran bisa diatasi, tentunya kebun campuran bisa menjadi sistem yang ramah lingkungan dan juga dapat menjaga kestabilan penghasilan petani pengelolanya. 

Keberadaan dan beragam jenis tumbuhan yang ada di kebun campuran berpotensi menjaga ketersediaan air, mencegah erosi dan mempertahankan kesuburan tanah. Serangga penyerbuk seperti tawon yang membuat sarang di  tanah membuat lubang-lubang dalam ditanah sehingga dapat meningkatkan struktur tanah, gerakan air di sekitar akar, dan penyerapan nutrisi

Kita semua tentu menyadari bahwa kehidupan satwa liar sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun kebermanfaatan ini bersaing dengan kebutuhan yang harus dihadapi hari esok. Ada perut-perut yang harus diisi. Pembangunan yang harus dan mau tak mau menelan relung-relung habitat dari penyerbuk ini. 

Mulai dari aku, kamu, dan perannya masing-masing untuk bergerak, mendorong, bersuara lebih lantang. “Jika lebah menghilang dari permukaan bumi, maka umur manusia hanya tersisa empat tahun. Tidak ada lagi lebah, tidak ada lagi penyerbukan, tidak ada lagi tumbuhan, tidak ada lagi hewan, tidak ada lagi manusia.”





Komentar